Rabu, 22 September 2010

KABAR DUKA DARI LANGIT (a tribute for alhm Wisnu)

Hariku tiba-tiba kelabu. Terasa kelam. Mata memanas dan ribuan do’a dan pinta mengalir ke langit.



Benarkah ini, Rabb…?!



Wisnu?



Ya, semalam aku mendengar kabar itu dari komen-komen di catatan seorang teman. Langsung saja, dengan gemetar, kutulis WISNU di kotak pencarian. Dan sebuah nama berhasil ditemukan oleh Facebook; Wisnu Wissanggeni Aditya!

Malam itu, aku tiba-tiba insomnia akut. Dengan mata memanas kutulis status dan mentag wisnu,



    Masihkah kata maaf bisa terukir? Kemarin kita masih saling menyapa di chat   

    Selamat jalan adekku, sahabat mayaku Wisnu Wissanggeni Aditya....

    Semoga engkau tenang di sana, dek......

         dengan sepenuh do'a dan kasih sayang

         Akhi Dirman Al-Amin T_T






Sejujurnya, saya tidak begitu mengenal Wisnu. Tidak juga terlalu dekat dengannya. Namun ada ‘sesuatu’ yang seolah mengikat kami. Aku lupa, siapa yang pertama kali meng-add di antara kami, yang aku ingat, dia teramat sering menyapaku di-chat dengan koneksinya yang sering ‘hidup mati’, terkadang membuatku sedikit bête. Astagfirullah….



Pertama kali berinteraksi di chat, aku ‘memaksanya’ memanggil aku abang dan aku memanggilnya adek (aku merasa nyaman dengan panggilan ini), seperti biasa. Mencoba berakrab ria dengan siapapun di dunia maya.

Berkali-kali wisnu bilang padaku; Bang… pengen deh merasakan punya buku…



Saling memotivasi lewat chat maupun inboks adalah kenangan yang tak bisa terkubur begitu saja. Bahkan aku tawarkan kepadanya untuk menulis bersamaku di sebuah proyek yang sedang aku garap. Sejarah mencatat betul persaudaraan kami di dunia maya lewat buku ini nantinya. Amin…



Dan kemarin, ketika aku menulis status tentang rindu, dia menyapaku lewat komen: er i ed de u (maksudnya rindu juga). Dan sempat-sempatnya dia menjahiliku dengan mengajak chat yang tidak aku balas sama sekali (padahal, jujur, aku gk biasa melakukan ini :(. Sebelum pamit, sempat-sempatnya dia mencadaiku; Bang… ternyata susah ya ngomong dengan orang yang lagi rindu berat. Hahahahaha….



Dan kembali ke peristiwa tadi malam. Hingga subuh, mataku benar-benar tak bias terpenjam. Menyesali diri. Menyesali waktu. Mengapa aku tak membalas chatmu malam itu dek… padahal itulah terakhir kalinya kita saling menyapa?!



Air mataku dek… hingga subuh menjelang, aku benar-benar tak bisa terpejam.  Bahkan aku terpaksa berangkat bke kantor jam 9, karena aku sempatkan untuk istrihat beberapa jam sebelum ke kantor.



Ketika menjalani aktivitas di sekolahpun, aku benar-benar menjadi pribadi yang beda, sampai beberapa siswa mengsms-ku; “kok hari ini bapak kelihatan beda. Ada masalah pak?”



Aku balas, “Ada sahabatku yang meninggal.”



“Jangan terlalu sedih pak ya. Ikut berduka…”



Ah… dek…  tak ada yang kupinta kini. Sungguh, sekalipun hanya bertemu di dunia maya dan hanya saling menyapa lewat chat ataupun catatan, aku hanya ingin bilang; aku menyayangimu, dek… dengan setulus hatiku….



Damailah di sana….



Engkau tak perlu lagi berduka di sana



“Hujanlah temani lelah saya…”



Dek… Dia akan memelukmu dengan erat dan taka akan membiarkan kau bersedih. Tertawalah…



Biarkan hanya kami saja yang mengenangmu dalam do’a



Dan hey…  adekku sayang, aku akan mempersembahkan kumpulan kisah mini itu untukmu. Akan kami dedikasikan atas nama cinta kepadamu, sahabat yang sekalipun maya tapi terasa begitu hangat dan dekat… kau akan segera punya buku dek… kau akan sebuku dengan abang… T_T

Allah akan memelukmu dengan erat… amin…

Semoga kau bahagia di sisinya. Bersama damai yang begitu nyata terbaca…



Bima, 22 September 2010

Tersedu mengeja waktu










Wisnu Aditya P. lahir di Bandung 23 Maret 1990, kini berdomisili di Sumedang. Menggunakan nama Wisnu Wissanggeni sebagai nama pena. Mulai  aktif menulis semenjak lulus SMA, menulis beberapa puisi dan cerpen. Cerpen “Sahabat Gerilya” merupakan karya pertamanya yang masuk dalam Antologi. Saat ini sedang menempuh S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Kampus Sumedang, aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa(DPM) dan Tutorial UPI Kampus Sumedang.

2 karya terbarunya ada di file saya; satu untuk antologi bersama tentang para lelaki dan satu lagi kisah mini untuk lomba 300 kata