Dan lelaki itu duduk sendirian di bangku taman, entah apa yang dia tunggu. Aku mencoba menerka-nerka gejolak di matanya. Tapi aku tak menemukan apa-apa.
"Aku hanya lelaki yang rindu pada kenangan..." Ujarnya, entah kepadaku, kepada angin atau mungkin juga kepada cuaca yang tiba-tiba tak bersahabat. Tanpa matahari. Hanya mendung yang beranjak menutupi segala.
Dan aku melihat diriku sendiri. Sama seperti lelaki itu, aku hanyalah seorang lelaki yang juga rindu. Sungguh rindu. Aku rindu pada diriku yang dulu.... yang tak dikejar-kejar waktu untuk memberi kasih. Yang tak berlari terlalu cepat untuk mengejar dunia. Yang menempatkan hati di prioritas tertinggi untuk melakukan sesuatu.
Aku tau banget... pasti banyak yang kecewa. Pasti banyak hati yang menatapku dengan seribu mata anak panah...
"Jangan pernah berubah oleh cuaca..."
Atau tatapan pedih seorang adik yang dilayangkannya dengan sms beberapa hari yang lalu, "Sampai kapan abang akan mengejar? Kami kehilangan..."
Ah. Entah, sudah berapa kilometer aku berlari. Terus berlari mengejar sesuatu yang aku sendiri tak tau. Dan pagi ini, ketika melihat cermin, tahukah kalian... wajah kalian membayang begitu saja. Menghadirkan sesak. menghadirkan rindu yang menjelma begitu saja.
Aku rindu dan sayang kalian semua apa adanya.... aku rindu kenangan-kenangan lalu ketika kita selalu bersama, Aku rindu... sungguh, rindu ini... entah!Maafkan jika aku tak pernah mampu menjadi yang terbaik, sekalipun aku selalu berusaha menjadi yang terbaik. semampuku saja...
Udara mendung,
Celoteh lelaki
2 komentar:
Akupun rindu. Rindu pada masa dimana tak ada duka melainkan tawa. Hanya pada rindu, nilai sesuatu yang kita rinduka jadi begitu berharga.
Terimakasih atas kujungan dan komentarnya atas buku saya Akhie. Salam.
makasih kunjungan baliknya mbak...
Posting Komentar