
Alhamdulillah. Dapat kabar gembira dari group yag saya ikuti di facebook; AKU BISA!
beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti kontes tentang orang2 yang menginspirasi hidup kita. saya menulis tentang Helvy Tiana Rosa dan Thomas Alfa Edison. Alhamdulillah... tulisan saya tentang Helvy Tiana Rosa melenggang ke 20 besar. InsyaAllah pemenag dari lomba ini akan mendapat hadiah sebuha laptop dan akan diumumkan tanggal 7 nanti. doakan moga saya menang. kontes ini diikuti oleh hampir 500 peserta dari Indonesia maupun luar negeri. ini dia pengumuman lengkapnya
20 Nominasi Pemenang Penilaian Kualitatif Words Share Contest Inspirational Public Figure
Setelah melalui perundingan yang panjang.. Akhirnya juri WSC sudah mendapatkan 20 Nominasi Words Share Contest Inspirational Public Figure..
Siapa saja mereka??
Berikut ini kami tampilkan nama-nama 20 Nominasi Pemenang WSC Inspirational Public Figure(disusun berdasarkan abjad dan bukan berdasarkan urutan penilaian)
1. Akhi Dirman Al - Amin - Helvy Tiana Rosa
2. Cindy Wijaya - Nicholas James Vujicic
3. Claudia Clara Sandy Christianti - Bunda Theresa
4. Den Bagoes - Kh. Abdurrahman Wahid
5. Diah Utami Lestari - Eko Ramaditya Adikara
6. Dior Bintang - Budi Suhardi
7. Frencia Ursuline - Bill Gates
8. Istiawan Ismail - Mahmud S.Pd
9. Karina Adistia - Donald John Trump
10. Lia Zuhriansyah - Jenderal Sudirman
11. Megatala Hari Moekti - Butet Manurung
12. Puji Hastuti - Hellen Keller
13. Qonita Musa - Victor Frankl
14. Sukimah Yono - He Ah Lee
15. Randi Eka Yonida - Rosiana Silalahi
16. Randie A Ramlie - Mahatma Gandhi
17. Rudy Dwi Kurniawan - Oprah Winfrey
18. Tivani Oscar - Thomas Alfa Edison
19. Viona Patricia - Budhi Dharmo
20. Yanuar Ridho - Mahmud Ahmadinejad
ini dia naskahku yang lolos
WSC Inspirational Public Figure: Helvy Tiana Rosa (Akhi Dirman Al-Amin)
Words Share Contest Inspirational Public Figure
Pengirim: Akhi Dirman Al-Amin
Matahari tak pernah berjanji
Untuk menyapa pagimu
Dan meninggalkan kau dalam suram senja
Hanya abdi tulus
Tanpa harap setitik balas
Sebab matahari tak pernah ingkar
Akan suci takdir
(Janji Matahari – Akhi Dirman Al-Amin)
***
Apakah yang saya tahu tentang Helvy?!
Dulu, ketika pertama kali ‘berkenalan’ dengan Annida, membaca tulisan – tulisannya adalah sebuah energi tersendiri bagi saya. Saya seolah musafir yang menemukan oase di tengah padang tandus.
Karena itulah, saya selalu ‘memburu’ buku-bukunya dan membayangkan, bahwa suatu saat, sayapun akan bisa menulis sebagus itu, sebagai jalan dakwah saya.
Helvy Tiana Rosa adalah penulis wanita Indonesia kelahiran Medan, 2 April 1970. Dia merupakan pendiri dan Ketua Umum Forum Lingkar Pena/FLP (1997/2005). Berangkat dari forum kepenulisan inilah pamornya di kancah sastra semakin bertambah dan merambah ke berbagai pelosok bumi pertiwi juga di berbagai mancanegara. Karena kegiatan ini The Straits Times dan Koran Tempo menyebutnya sebagai Lokomotif Penulis Muda Indonesia (2003). Bersama teman-temannya di FLP, ia mendirikan dan mengelolah Rumah Cahaya (Rumah BaCA HAsilkan KarYA) yang tersebar di berbagai kota di indonesia. Ia juga merupakan mantan Redaktur dan Pemimpin Redaksi Majalah Annida (1991-2001) serta mendirikan Teater Bening, sebuah teater kampus di FSUI yang seluruh anggotanya adalah perempuan. Istri Tomi Satryatomo serta Ibu Abdurrahman Faiz dan Nadya Paramitha ini termasuk anggota Mejelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) dan kini dipercayai sebagai Wakil Ketua Persatuan Sastrawan Muslim Sedunia (The International Legue of Islamic Literature) untuk Wilayah Indonesia.
Dalam kegiatan kepenulisan, Helvy Tiana Rosa sering diundang dalam berbagai forum sastra dan budaya di dalam dan luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Hong Kong, Jepang, Mesir hingga Amerika Serikat.
Dan Menurut survey Metro TV 2009, ia merupakan salah satu dari 10 Perempuan Penulis paling terkenal dan merupakan satu dari 15 Tokoh Muslim Indonesia yang terpilih sebagai 500 Muslim Paling Berpengaruh di dunia (Hasil penelitian The Royal Islamic Strategic Studies Centre, Jordan, bekerjasama dengan Georgetown University,2009). Helvy Tiana Rosa (atau yang biasa dipanggil Mbak Helvy atau HTR) telah menulis lebih kurang 40-an buku yang tidak hanya diminati di negeri sendiri, namun juga beberapa karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa di antaranya, Inggris, Arab, Jepang, Swedia, Jerman dan Prancis.
Ia pernah memenangkan berbagai perlombaan menulis tingkat nasional, termasuk sebuah lomba essay berhadiah Rp. 100 juta (2007). Namun menurutnya, yang paling berkesan adalah ketika puisinya ‘Fisabilillah” menjadi juara lomba Cipta Puisi Yayasan Iqra, tingkat Nasional (1992), dengan HB Jassin sebagai ketua Dewan Juri. “Jaring – jaring Merah” terpilih menjadi salah satu cerpen terbaik Majalah Sastra Horison dalam satu dekade (1990-2000). Lelaki Kabut dan Boneka mendapat Pena Award sebagai kumpulan Cerpen terpuji, terakhir BUKAVU menjadi salah satu nominasi di ajang Khatulistiwa Literary Award.
Abdurrahman Faiz, putranya, adalah penulis muda yang cukup potensial yang dimiliki Indonesia dengan berbagai prestasi dan karya yang luar biasa. Sedari kecil (8 tahun), Faiz telah menulis buku kumpulan puisi yang diakui kualitasnya oleh sastrawan Indonesia sekaliber Taufik Ismail. Juga meraih penghargaan di beberapa ajang buku bergengsi di tanah air. Tentu saja ini tak lepas dari pengaruh Helvy Tiana Rosa dalam mendidik anak-anaknya.
Helvy memiliki ketertarikan luar biasa menulis tentang tragedi – tragedi kemanusiaan, bahkan tak jarang tulisannya membutuhkan ancang – ancang penelitian.
Dalam bukunya Segenggam Gumam (Asy Syaamil, 2003) Helvy bertutur bahwa dua tema yang mewarnai hampir semua tulisannya adalah tema kecintaan pada Illahi dan perjuangan kaum tertindas.
Mengapa?!
”Bagi saya, menulis adalah refleksi dari amar makruf nahi mungkar. Dalam hal ini saya berusaha mengajak pembaca merenungi kembali hakikat diri sebagai hamba Illahi. Selain itu, saya ingin menginformasikan sekaligus menggungah kepedulian pembaca tentang pelanggaran hak – hak asasi manusia di dunia pada umumnya dan di Indonesia khususnya.”
Apakah yang saya ingat tentang Helvy?
Saya teringat ketika pertama kali Helvy menulis kata. Berbagai penerbit menolak karyanya, karena Sastra Islami yang diusungnya dianggap sebagai produk yang kurang laku di pasaran.
Namun sejarah memang selalu membuktikan, bahwa perjuangan tanpa henti dan keyakinan berjalan di jalan kebenaran adalah sebuah tekad yang tak layak untuk mati muda! Bahkan sebuah kumpulan cerpennya yang dimuat di berbagai majalah diplagiat habis – habisan oleh Ahmad Faris Muda, M.A (kini doktor dan dosen di Universitas Malaya, Malaysia). Apakah semua itu membuat Helvy jatuh dalam jurang keputus asaan? Kita bisa melihatnya bukan?!
Kegigihan mengkampanyekan sastra yang menginspirasi adalah satu hal positif yang juga bisa diteladani dari seorang Helvy dan juga barisan penulis muda Forum Lingkar Pena yang didirikannya. Tentu saja, sastra sangat berpengaruh dalam membentuk peradaban bangsa. Namun, yang aneh, ada banyak sekali penulis Indonesia dan juga dunia yang kurang memahami hal ini. Maka lahirlah genre “sastra kelamin” dan sejenisnya yang, menurut saya, tidak memberikan apa – apa bagi pembacanya, selain pikiran – pikiran negatif, apalagi kalau dibaca anak – anak dibawah umur. Mengutip Vaclav Havel, Seorang penulis harus hidup dalam kebenaran, selamanya!
Lewat Forum Lingkar Pena (FLP), Helvy, yang saat ini adalah Dosen Bahasa dan sastra Indnesia di fakultas Bahasa dan Seni Universitas Jakarta ini, juga menggagas Antologi Kasih, sebuah program menulis karya secara ‘keroyokan’ di FLP yang seluruh royaltinya digunakan untuk kemanusiaan. Diantaranya, antologi kasih pernah dibuat untuk korban Tsunami, Palestina dan lain sebagainya.
Melalui sosok Helvy Tiana Rosa yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Perbukuan IBF Award IKAPI (2006), Perempuan Indonesia Berprestasi versi Tabloid Nova (2004), UMMI Award (2004) dan Ikon Perempuan Indonesia versi majalah GATRA (2007) ini, perempuan Indonesia bisa belajar, bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan perempuan Indonesia untuk meraih impiannya dan berjuang dengan apapun yang mereka miliki, tentu saja tanpa mengesampingkan urusan keluarga yang tetap saja haruslah menjadi prioritas utama.
Apakah yang paling saya ingat tentang Helvy?
Ketika Mas Gagah Pergi(KMGP) adalah salah satu bukunya yang cukup populer dan sangat inspiratif. Membaca buku itu, membangkitkan semangat saya untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Adik – adik sayapun saya ‘paksa’ untuk membaca buku itu. Alhamdulillah merekapun menangkap ibroh buku itu. Buku itu entah berapa puluh kali berpindah tangan, dipinjam oleh teman – teman saya. Sampai akhirnya buku itu hilang tak tentu rimba di tangan seorang peminjam. Mas Gagah menghilang di rak buku saya, tapi kenangan tentangnya membekas begitu kuat dalam hati saya.
Sejak itu pula, saya mulai menulis. Jika sebelumnya, saya punya ratusan koleksi puisi cinta picisan, membaca buku itu membuat saya ingin menulis hal – hal yang lebih berguna. Maka sayapun menulis. Terus menulis tanpa kenal lelah. Orang – orang Annida, saya rasa, pasti sangat bosan menerima kiriman cerpen dan puisi yang saya ketik dengan susah payah dengan mesin ketik tua milik paman saya. Jari-jariku sampai kebal karena seringnya ‘bertarung’ dengan tuts mesin tua itu untuk menghasilkan karya. Saking bosannya (atau kasihan, hehehe) akhirnya, tulisan pertama saya dimuat di Annida, Epik Di Bawah Redup Rembulan Merah. Selanjutnya berbagai karya lain mengalir seperti air. Bukan hanya di Annida, tapi juga Sabilli, Al-Izzah, Deep Smile File (sudah tidak terbit), bahkan Horison!!!
Sampai kemudian, karena begitu mencintai dunia menulis, saya berkeinginan membangun jaringan Lingkar Pena di kota saya. Dengan perjuangan yang lumayan melelahkan, berkat bantuan Mbak Helvy, keinginan itupun terwujud.
Tahun 2005, FLP mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) I. Saya menyiapkan diri untuk mengikuti acara itu, agar saya lebih mengetahui ‘luar dalamnya’ FLP.
Apakah yang paling saya ingat tentang Helvy?!
Alhamdulillah, saat menjelang Munas, buku pertama saya yang berupa Kumpulan Cerpen Negeri Airmata terbit. Mbak Helvy mengsms saya saat itu ‘Semoga buku ini menjadi langkah awal lahirnya buku-buku bermutu lainnya di masa mendatang’. Kata – kata yang memberikan inspirasi dan motifasi saya dalam berkarya. Kata itupun dicetak di buku perdana saya.
Akhirnya, tiba juga saya di acara Munas; Yogyakarta. Karena kurang biaya, saya melalui perjalanan darat yang lumayan melelahkan. Tapi, membayangkan bahwa saya akan bertemu seorang Helvy Tiana Rosa dan juga penulis – penulis lainnya, membuat semangat saya seolah jerami bertemu api.
Sekalipun cukup lelah, begitu sampai di ruang Munas, saking semangatnya, saya tidak mau istirahat. Rasanya rugi tidak mengikuti semua kegiatan dengan baik. Sayapun berakraban dengan teman – teman baru saya; Agus Makasar, Furqon Solo dan beberapa teman dari Samarinda.
Sampai akhirnya, dia ada di belakang saya. Seperti seorang artis dalam jumpa fans dengan penggemarnya yang saya tonton di televisi. Memberikan surprise. Helvy Tiana Rosa. Ia menghampiri saya, membawakan saya makanan kecil dan juga segelas air minum.
Itu adalah pertama kali saya bertemu dengannya. Dan ia telah mengajarkan pelajar pertama untuk saya; Dirman..., jika kau telah ‘besar’, janganlah tinggi hati. Tetaplah mencintai dan rendah hati pada orang – orang sekitarmu. Hehehe...
Saya seolah dihipnotis.
“Saya bawakan mbak buku saya. Ada di tas saya, saya ambilkan sekarang?!” Ujar saya semangat, seperti anak TK yang ingin menunjukkan pada gurunya sebuah gambar cakar ayam yang baru dihasilkannya.
“Nggak usah, dek. Nanti saja. Jika kamu lelah, istirahat saja dulu.”
Itulah perjumpaan pertama saya dengannya. Membekas dan tak lekang dalam ingatan.
Apakah yang paling saya ingat tentang Helvy?!
Detik- detik menjelang Munas berakhir, ia memberikan saya dua buah bukunya. Untuk adikku Dirman; menulis adalah berjuang..., tulisnya di halaman buku itu.
“Ingat. Hati – hati dengan penumpang bus. Jangan terlalu percaya pada orang yang baru kamu kenal dalam bus. Bunda pernah dihipnotis sampai barang – barang Bunda banyak yang hilang. Kamu yang hati – hati ya.” Pesannya.
Itulah Helvy!
“Kamu masih punya ongkos pulang, bukan?!” tanyanya.
“InsyaAllah cukup, mbak.”
“Mbak tambahkan sedikit ya...”
Ia menyelipkan uang itu di buku saya, yang saya terima.... dengan senang hati. Hahaha... (malu!)
Sejak itu, saya bukan hanya belajar untuk menulis dengan baik, tapi juga untuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang lebih cinta.
Tahun 2006, mbak HTR-lah yang repot-repot mengsms saya. Memberikan dorongan agar saya mau mengikuti seleksi untuk mengikuti MASTERA (Majelis sastra Asia Tengara). Sampai akhirnya, alhamdulillah, saya diutus untuk mengikuti Mastera; Novel, mewakili Indonesia. Sebuah pengalaman luar biasa dalam karier kepenulisan saya.
Maka, tidak berlebihan jika saya bilang; Helvy Tiana Rosa itu cinta berjalan. Yang selalu menebarkan cinta pada semesta. Karena itu, tidak berlebihan jika Abdurahman Faiz mencintainya seperti syurga.* Ya, karena akupun mencintainya, juga seperti aku mencintai syurga.(adym)
Revisi, 16 April 2010
*
Sepenggal puisi Abdurahman Faiz.
* Gambar adalah editan saya dari foto di fb Helvy Tiana Rosa
Bahan Bacaan dan sumber :
1. Buku Segenggam Gumam karya Helvy Tiana Rosa, Asy Syaamil, Bandung, 2003
2. Permen – permen Cinta Untukmu, Abdurrahman Faiz, MIZAN, Bandung, 2006
3. http://www.facebook.com/?sk=ru#!/note.php?note_id=299879749412
4. http://akhidirman.multiply.com/journal/item/9/HELVY_ITU_CINTA