Selasa, 27 Januari 2015

KENANGAN TENTANG ACEH DAN KENYAMANAN DHAIHATSU



Tahun 2008 yang lalu, Alhamdulillah aku terpilih menjadi salah satu pemuda utusan NTB dalam kegiatan
Xenia
BPAP (Bakti Pemuda Antar Propinsi) dan juga JPI (Jambore Pemuda Indonesia) di Bogor.  Setelah diundi, aku mendapat ‘jatah’ ke Aceh. Selain NTB, yang ke Aceh juga adalah utusan dari Lampung dan juga Sulteng. Selama 3 bulanan kami harus mempelajari budaya dan kehidupan sosial masyarakat Aceh. Dan kami juga diharuskan tinggal di rumah ‘orang tau angkat’ kami selama kami mengikuti kegiatan ini.

Seperti yang kita tau, tahun 2004, Aceh dilanda Tsunami yang maha dahsyat. Dan bekas-bekas tsunami itu masih bisa kita jumpai dimana-mana. Meskipun Aceh sudah mulai berbenah, tapi berbagai infrastruktur masih rusak parah, terutama jalanan yang kondisinya masih parah. Kalau di Kota Banda (Ibukota Propinsi Aceh Darussalam) jalanan bisa dibilang cukup baik, namun jika sudah ke pelosok-pelosok Aceh, di daerah-daerah pedalaman, kondisi jalanan yang rusak parah mulai bisa kita temui. Dengan lubang-lubang yang menganga lebar dan bebatuan.